Deadliner


Deadliner

Sedari kecil saya tidak menyukai yang namanya deadliner. Deadliner merupakan sebutan untuk orang yang  suka melakukan sesuatu mepet dengan tenggang waktu yang diberikan. Saya sudah terbiasa hidup terjadwal mulai dari membuka mata hingga tidur malam. Kebiasaan itu memang sudah dibiasakan oleh Ibu saya ketika saya beranjak SD dan berlanjut hingga saya SMA. Bahkan di awal semester satu saya masih sangat rajin menjadwal kegiatan saya sehari-harinya. Namun, beranjak ke semester dua saya mulai malas-malasan. Selain saya sibuk dengan organisasi, tugas saya semakin banyak. Hal itu berlanjut di semester tiga. Semester tiga ini sangat luarbiasa. Pasalnya setiap satu mata kuliah pasti ada tugas yag harus diselesaikan di kos. Saya akui itu berat bagi saya yang sedang aktif di organisasi dan kepanitiaan. Akan tetapi, karena saya sudah ter-mindset bahwa tidak ada yang tidak mungkin kita lakukan selama kita berusaha dan percaya bahwa di setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Dan itu benar adanya. Saya melakukan suatu hal karena saya ingin bermanfaat bagi orang lain dan yang paling penting adalah ikhlas. Karena sebuah keikhlasan adalah kunci keridhaan seseorang dan tentunya ridha Allah SWT juga. Dengan memegang prinsip tersebut, saya merasakan bahwa semuanya akan baik-baik saya.
Sebuah kasus kecil yang saya amati pada dua orang mahasiswa yang berbeda karakter dan kesibukan. Sebagai contoh, sebut saja Rina dan Ningsih. Rina merupakan aktivis di organisasi kampus. Tidak hanya satu, bahkan tiga organisasi sekaligus. Sedangkan Ningsih merupakan mahasiswa kupu-kupu alias kuliah pulang-kuliah pulang. Keduanya duduk di semester tiga dengan program studi yang sama dan kebetulan satu kelas. Di semester itu, tugas sangat banyak di tiap mata kuliahnya. Namun, pada hasil output IPK yang diperoleh nilai Rina lebih tinggi daripada Ningsih. Padahal jika dilogika, waktu yang digunakan Ningsih seharusnya lebih banyak dan bisa digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah. Akan tetapi, Ningsih lebih suka mengerjakan tugas kuliahnya ketika malam hari sebelum dikumpulkan. Itu artinya Ningsih seorang deadliner. Sedangkan Rina, harus membagi-bagi waktu sebijak mungkin untuk mengerjakan tugas kuliahnya di tengah kesibukannya yang luarbiasa. Bahkan secara tidak langsung sebenarnya Rina juga deadliner tetapi ia masih lebih unggul daripada teman-teman yang lain. Ilmu berorganisasinya mulai terlihat ketika ia di kelas dengan sikap kritis dan antusiasmenya mengikuti perkuliahan. Dari kasus itu bisa diamati bahwa setiap orang memiliki karakter masing-masing. Sesibuk apapun seseorang jika ia bisa mengatur waktunya dengan sebaik-baiknya maka tidak ada yang mustahil baginya untuk meraih apa yang menjadi targetnya sekalipun seorang deadliner


#komunitasonedayonepost
#ODOP_6

Comments

Popular posts from this blog

Markisa Nyalakan Lampu

Karya Tulis ( KARTUL )

Membumikan Budaya Literasi