Ekspedisi Candi Tugu Semarang

            Perjalanan kami belum selesai. Setelah lelah di taman lele, kami melanjutkan ke Candi Tugu. Konon katanya tidak jauh dari taman lele. Dengan modal jalan kaki kami menelusuri tepi jalan Pantura. Rasanya panas sekali. Lima belah menit berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan sebuah candi. Lalu kami bertanya kepada ibu penjual buah. "Berjalanlah lurus kemudian belok kiri." Kami mengikuti arahan ibu itu. Sampai di perbatasan jalan, kami hanya menemui perumahan saja dan di depan ada hutan. Karena takut nyasar, kami bertanya lagi. Candi itu ada di depan kami, pantas saja tidak terlihat karena tertutupi hutan kecil yang lebat. Selain itu, candi juga berada di puncak bukit dan kami harus menaiki puluhan undakan tangga. Tangganya sangat curam dan licin, sekelilingnya juga sepi. Meskipun kami sedikit ragu-ragu, kami tetap nekat naik ke atas. 

          Sampai di atas, hanya sebuah bangunan candi yang tinggi menjulang yang kami dapati. Seperti tidak ada tanda kehidupan. Hanya nyamuk yang berkeliaran berdengung di telinga kami. Kami hanya bertemu orang wanita yang sedang asik berselfie ria. Kami beristirahat sebentar, duduk di pinggiran sambil makan buah yang kami beli tadi. Tak lama, kami bosan dan buru-buru meninggalkan tempat itu karena takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

            Sekilas tentang Candi Tugu, letaknya berada di Jalan Mangkang KM 11, sekitar 2 KM dari kampus 1 UIN Walisongo. Orang Semarang menyebutnya Watu Tugu. Masyarakat menyakini dulunya lokasi Watu Tugu merupsksn dermaga atau pelabuhan karena lokasinyajuga berdekatan dengat Laut Jawa. Sedangkan para ilmuwan berasumsi kalau Watu Tugu adalahbatas dua kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Sampai sekarang, misteri itu masih menjadi pertanyaan.  Sangat disayangkan kondisinya sekarang memperihatinkan, padahal apabila difungsikan dan direnovasi sebagai  tempat wisata pasti akan memikat wisatawan domestik.

.